Sabtu, 30 Januari 2010

diterbiktan di majalan teen: reinkarnasi biru

REINKARNASI BIRU
Oleh R. E Ratri

Senja sudah hampir sempurna di ujung langit sana. Aku masih termenung di taman belakang rumahku. Memandangi gundukan tanah di hadapanku sambil sesekali terisak. Entah sudah berapa kali mama berteriak memanggil namaku, menyuruhku segera masuk rumah. Aku masih saja berdiri di tempatku. Langit semakin gelap. Aku kembali teringat kenangan akan Biru. Sore-sore begini biasanya aku mengajaknya masuk ke rumah. Memberinya makan dan bermain sebentar sebelum mama menyuruhku mengeluarkannya dari rumah kami. Biru adalah teman setia bagiku. Di kala sedih dan senangku dia selalu ada menemaniku. Tapi Biru sudah mati. Kecelakaan yang menimpanya tadi siang membuat beberapa tulangnya patah. Ia hanya sanggup bertahan beberapa jam saja selanjutnya ia menghembuskan nafasnya yang terakhir. Biru, anjing kesayanganku sudah mati. Kini tak ada lagi yang akan menyalak riang menyambut kedatanganku kala pulang sekolah. Tak ada lagi yang akan mengibaskan ekornya di kakiku kala aku sedih. Untuk terakhir kalinya sebelum aku masuk ke dalam rumah aku mengucapkan selamat tinggal pada Biru.
“Ya ampun, Cy. Lo mau sampai kapan sih merana kayak gitu?” ujar Tara sahabatku saat kami sedang berada dalam kelas menunggu bel masuk.
Aku tertunduk lesu sambil merebahkan kepalaku di atas meja.”Anjing gue mati, Tar,” ujarku masih dengan posisi kepala di atas meja.
“Iya, gue tahu anjing kesayangan lo itu mati. Terus mau gimana lagi? Emang dia bisa hidup lagi apa kalo lo males-malesan kayak gitu? Pliz deh Ecy...yang mati itu kan anjing lo bukan pacar lo.”
Aku kembali melamun. Memang sih yang mati itu Cuma seekor anjing kampung. Tapi buatku Biru bukan sekedar anjing biasa. Aku menemukannya meringkuk di depan rumahku. Saat itu hujan turun dengan derasnya. Aku kasihan padanya lalu membawanya ke rumah. Awalnya sih mama gak suka aku membawa anjing kotor ke rumah. Tapi setelah kubersihkan dan diberi makan ternyata anjing itu lumayan lucu. Bulunya berwarna putih dan coklat, ekornya yang panjang mengibas-ngibas dan matanya memandangiku seolah mengharapkan belas kasihan dariku. Dan karena aku terlanjur sayang padanya aku pun memberinya nama Biru. Memang sih bukan nama yang lazim disandang oleh seekor anjing. Semua itu lantaran aku waktu itu ngefans banget sama Tora Sudiro dalam film Banyu Biru. Mama yang tadinya tetap tidak setuju aku memelihara anjing akhirnya luluh juga melihat kegigihanku untuk merawat Biru. Aku berjanji pada mama dan semua orang rumah kalo Biru tidak akan merepotkan. Aku sendiri yang akan mengurusnya. Ah, lagi-lagi aku teringat pada Biru. Mungkin kata-kata Tara ada benarnya juga. Biru kan bukan pacarku, tapi tetap saja aku sedih kehilangan Biru.
Seminggu sudah Biru pergi meninggalkanku. Aku sudah bisa bersikap normal lagi. Tara sampai mau bikin selamatan karena aku sudah bisa menerima kepergian Biru.
“Akhirnya, Cy. Lo sembuh juga dari sindrom sedih karena ditinggal anjing peliharaan. Kayaknya perlu nih kita bikin selamatan,” ujar Tara.
“Berlebihan banget sih, lo. Memangnya gue lagi ulang tahun apa sampai pake selamatan segala?”
“Eh, siapa nih yang ulang tahun? Gue denger ada yang mau selamatan?” Aldi, ketua kelas kami tiba-tiba ikut nimbrung.
“Bukan, Di. Gak ada yang ulang tahun. Selamatannya si Ecy yang udah sembuh dari Sindrom Sedih Karena Ditinggal Anjing Peliharaan.”
Aldi mengerutkan dahinya.”Memangnya ada ya penyakit kayak gitu?”.
“Yah, lo malah anggap serius lagi. Ini sih bisa-bisanya si Tara aja tuh, gue baik-baik aja kok. Dan lagi gak ada yang bakal selamatan!” ujarku sambil menginjak kaki Tara, tak peduli ia mengaduh kesakitan. Salahnya sendiri menyebar gosip yang tidak-tidak tentangku. Apalagi mengingat Aldi itu tipe cowok yang doyan gosip. Entah dapat insight darimana Pak Dudi, wali kelas kami memilihnya sebagai ketua kelas.
“Eh, gue punya kabar nih,” ujar Aldi semangat.”Kata Pak Dudi tadi di kelas kita bakal ada anak baru.”
Nah, terbukti kan fakta bahwa Aldi ini doyan banget ngegosip. Kayaknya sih dia bakalan cocok banget deh kalo dipasang jadi pembawa acara infotainment di TV.
“Oh ya? Cewek atau cowok, Di? Pindahan darimana? Cakep gak?” tanya Tara bertubi-tubi. Nah, kalo Aldi ketemu Tara udah kayak bensin ketemu api deh, langsung klop. Buktinya mereka langsung asyik bergosip sampai bel masuk kelas berdering. Semua anak kembali ke tempat duduknya masing-masing. Ngomong-ngomong anak barunya seperti apa ya?
Pelajaran pertama hari itu adalah matematika. Pak Dudi minta izin pada Bu Tia untuk masuk kelas karena hari itu bakal ada anak baru yang menjadi personil tambahan kelas XI IPA 2. setelah berbicara dengan Bu Tia, Pak Dudi menyuruh murid baru itu masuk. Wow, ternyata murid barunya cowok. Lumayan cakep, tinggi lagi. Tipe pemain basket gitu deh. Di sampingku Tara menatap anak baru itu tanpa berkedip sedetik pun. Untuk urusan cowok cakep Tara sih emang gak bakal ketinggalan.
“Hai, namaku Al Biru Satria. Pindahan dari Bandung, ayahku dipindahtugaskan ke Jakarta....”ujar murid baru itu memperkenalkan diri di depan kelas.
Apa? Siapa namanya dia bilang tadi?
“Panggil saja aku Biru...”
Biru? Namanya Biru! Kok bisa sama dengan nama anjing peliharaanku ya. Aku sibuk dengan pertanyaan dalam benakku. Anak baru itu sudah duduk di kursi kosong di samping Aldi. Bu Tia mulai mengajar dan...auw, Tara menyikut lenganku.
“Apa sih?”
“Cy, lo jangan berpikiran yang enggak-enggak ya!”
“Maksud lo apa, Tar?”
“Jangan bilang kalo lo mikir si Biru anak baru itu sebagai jelmaan dari Biru anjing peliharaan lo.”
Aku bengong. Tadinya sih aku gak kepikiran ke situ tapi gara-gara omongan Tara aku jadi kepikiran deh. Ah, ngaco banget si Tara. Gak mungkin lah Biru itu jelmaan anjing peliharaanku. Jelas-jelas yang satu manusia seutuhnya dan yang satu lagi anjing. Aku pun menepis jauh-jauh pikiran itu.
Pulang sekolah biasanya aku pulang bareng Tara tapi ternyata hari ini ia ada latihan nari. Yah, pulang sendiri deh. Baru saja aku berdiri dari kursiku ketika Biru menghampiriku.
“Hai!” ujarnya santai.
“Eh, hai juga,” ujarku sedikit kaget. Kami belum sempat berkenalan secara resmi. Tadi siang Biru sibuk melayani sesi tanya jawab dari anak-anak kelas.
“Kamu Tresy kan?”
Aku mengangguk. Wah, dia tahu namaku.
“Ada yang bisa gue bantu?”
“Sory, lo buru-buru gak? Gue mau nanya, di sekitar sini ada pet shop gak yah?”
“Pet shop?” aku bertanya balik.
“Iya, toko hewan peliharaan,” ujar Biru lagi.
Ya ampun, pasti dia bakal nganggep aku cewek bodoh deh. Masa pet shop aja gak tahu artinya apa. Padahal tadi aku bengong bukan karena gak tahu arti pet shop tapi aku bingung aja diantara anak-anak kelas kami kok dia milih nanya sama aku. Memang di mukaku ada tulisan pet shop-nya ya?
“Oh, iya gue tahu kok tapi kok lo nanyanya sama gue?”
“Kata Aldi lo punya anjing jadi pasti tahu dimana pet shop terdekat. Tadi gue udah nanya beberapa orang tapi gak ada yang tahu.”
Sialan si Aldi, mentang-mentang punya anjing eh pernah punya anjing kan bukan berarti gue tahu dimana pet shop terdekat. Duh, jadi teringat sama Biru deh. Maksudnya Biru anjingku.
“Wah, gue sih emang pernah punya anjing. Tapi kalo pet shop deket sini gue gak tahu. Biasanya sih gue ke pet shop deket rumah. Memang kamu mau cari apa?”
“Gue mau beli makanan anjing. Rumah lo jauh dari sekolah?”
“Gak juga sih. Dua puluh menit kalo naik mobil, empat puluh lima menit kalo naik kendaraan umum.”
Setelah berpikir sejenak akhirnya Biru memutuskan untuk pergi ke pet shop deket rumahku. Terang aja dia milih pergi bareng aku, dia belum tahu Jakarta dan lagi ternyata untuk sementara Biru ke sekolah diantar jemput oleh supir papanya. Jadilah aku ketiban bahagia karena hemat ongkos lantaran pulangnya dianter.
Sejak kejadian mengantar Biru ke pet shop beberapa hari yang lalu kami jadi semakin akrab. Biru punya sepasang anjing hadiah dari tantenya yang punya salon kecantikan khusus hewan. Buset, jaman sekarang binatang juga tentunya gak mau kalah dengan manusia. Biru juga udah tahu kalo aku dulu pernah punya anjing yang namanya Biru. Bukannya marah dia malah ketawa mendengar namanya dinobatkan sebagai nama anjing.
“Jadi lo kasi nama anjing lo itu kayak nama gue?”
“Iya, abisnya waktu itu gue suka banget sama film Banyu Biru.”
Biru tertawa.
“Kok lo ketawa sih?”
“Abisnya gak umum aja anjing namanya Biru haha....”
“Justru itu, gue gak suka sama dengan kebanyakan orang.”
“Terus jangan-jangan lo kira gue itu titisannya si Biru lagi?”
“Ih, dasar! Pasti dapat gosip dari Tara ya?” aku pun kemudian menghujani Biru dengan cubitan.
Sudah sebulan ini Biru menjadi anggota kelas kami dan aku pun semakin akrab dengannya. Sore ini Biru mengajak aku ke rumahnya. Katanya sih dia mau liatin anak-anak anjingnya yang baru lahir. Tentu saja aku seneng banget. Sejak Biru pergi aku belum pernah lagi bermain dengan anjing. Dan sore itu pergi lah aku ke rumah Biru.
“Lo pasti suka deh sama anak-anak anjingnya. lucu-lucu banget, semuanya ada empat ekor,” ujar Biru sambil mengajakku ke bagian belakang rumahnya.
Benar saja. Ternyata anak-anak anjingnya memang lucu-lucu banget. Aku jadi pengen meluk mereka semua. Ukh, jadi inget lagi deh sama Biru.
“Nah, Cy. Salah satu anak anjingnya boleh lo ambil deh. Sebagai ganti anjing lo yang namanya sama dengan gue,” ujar Biru sambil tersenyum jahil.
“Ah, yang bener lo?” seruku tak percaya.
“Iya, gue serius kok. Sekalian...” Biru tak meneruskan kata-katanya.
“Sekalian apa?”
Bukannya menjawab Biru malah mendekatkan tubuhnya di hadapanku.
“Sekalian biar lo inget gue terus.”
“Hah?”
“Iya, gue ini lagi nembak lo tau!”
Apa? Biru nembak aku? Kok gak ada romantis-romantisnya sih? Gak kayak di komik-komik atau teenlit yang sering aku baca.
“Gimana? Mau gak, Cy lo jadi cewek gue?”
“Duh, gimana ya?”
Terima gak ya? Aku pasang tampang pura-pura mikir padahal memang sih aku juga suka sama Biru.
“Em..karena lo udah baik banget mau kasi gue anak anjing...gue mau deh,” ujarku akhirnya.
Biru terlihat kegirangan.
“Nah, lo pilih aja deh anak anjing yang mau lo ambil.”
Aku pun mengambil salah satu anak anjing yang berwarna cokelat dan putih. Mirip sama warnanya Biru.
“Biru...”
“Ya, Cy?”
“Jangan-jangan lo memang reinkarnasi Biru, anjing gue...”ujarku dengan tampang jahil.
“Enak aja! Gue belum pernah tau jadi anjing.”
Kami berdua tertawa. Ah,senangnya aku bisa punya anjing lagi. Makasih ya Biru.
“Eh, anjingnya mau lo kasi nama siapa, Cy?”
“Emm.....gue ada nama yang bagus.”
“Apa?”
“Biru II,” ujarku sambil tertawa.
“....”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar